Harga Batu Bara Masih Sumringah, Sahamnya di RI Bergairah

Berita, Teknologi21 Dilihat

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas emiten batu bara kembali menghijau pada perdagangan sesi I Selasa (29/8/2023), di tengah meningkatnya kembali harga batu bara dunia karena permintaan dari Prancis meningkat seiring diizinkannya penggunaan bahan bakar fosil untuk menghindari kekurangan listrik menjelang musim dingin mendatang.

Per pukul 09:31 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 12 saham terpantau menguat, enam saham cenderung stagnan, dan sisanya yakni dua saham terpantau melemah.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.
























Saham Kode Saham Harga Terakhir Perubahan
TBS Energi Utama TOBA 358 2,29%
Indika Energy INDY 2.080 1,46%
Baramulti Suksessarana BSSR 3.990 1,01%
Prima Andalan Mandiri MCOL 4.710 0,86%
Adaro Minerals Indonesia ADMR 1.250 0,81%
Adaro Energy Indonesia ADRO 2.700 0,75%
Bayan Resources BYAN 18.900 0,67%
Atlas Resources ARII 328 0,61%
Indo Tambangraya Megah ITMG 29.375 0,51%
Mitrabara Adiperdana MBAP 5.500 0,46%
Bukit Asam PTBA 2.980 0,34%
Harum Energy HRUM 1.620 0,31%
ABM Investama ABMM 4.050 0,00%
Bumi Resources BUMI 142 0,00%
MNC Energy Investment IATA 61 0,00%
Golden Eagle Energy SMMT 1.150 0,00%
United Tractors UNTR 26.400 0,00%
Borneo Olah Sarana Sukses BOSS 50 0,00%
Delta Dunia Makmur DOID 416 -1,42%
Alfa Energi Investama FIRE 68 -1,45%

Sumber: RTI

Saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) memimpin penguatan saham-saham batu bara RI pada hari ini, yakni melonjak 2,29% ke posisi Rp 358/saham.

Selain itu, saham raksasa batu bara juga secara mayoritas bergairah pada hari ini, dengan saham PT Indika Energy Tbk (INDY) menjadi saham raksasa batu bara yang penguatannya paling besar yakni mencapai 1,46% menjadi Rp 2.080/saham. Namun sayangnya, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) cenderung tak bergerak di awal perdagangan sesi I hari ini.

Harga batu bara acuan dunia kembali bergairah, setelah permintaan dari Prancis meningkat karena pemerintah setempat mengizinkan penggunaan bahan bakar fosil untuk menghindari kekurangan listrik menjelang musim dingin mendatang.

Melansir data dari Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak September ditutup melesat 1,29% di posisi US$ 161,55 per ton. Harga pasir hitam tampak melanjutkan penguatan dua hari beruntun setelah lari kencang selama 12 hari perdagangan beruntun yang telah terpatahkan. Kenaikan kali ini mendorong harga kembali ke atas level psikologis US$ 160.

Penguatan batu bara utamanya ditopang kabar dari Perancis yang mendapat izin untuk kembali ke pembangkit listrik batu bara.

Hal ini disebabkan produksi perusahaan utilitas besar Electricite de France (EDF), yang menyediakan lebih dari separuh listrik Perancis, dilaporkan akan tetap di bawah tingkat historis pada musim dingin ini karena masalah dengan armada reaktor nuklirnya yang terkena dampak korosi tegangan.

Permasalahan ini menyebabkan Perancis harus memastikan keamanan pasokan energi. Pada saat yang sama, pemerintah Perancis telah memperketat persyaratan pengoperasian dua pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) yang tersisa di negara tersebut menjadi 1.800 jam dibanding musim dingin tahun lalu yang berada di 2.500 jam.

Prancis selama ini menggantungkan listriknya kepada pembangkit tenaga nuklir. Mereka juga terus berkomitmen untuk mengembangkan energi bersih dan menyingkirkan PLTU yang dianggap sebagai salah satu polutan terbesar di dunia. Namun, kebutuhan energi membuat Prancis pindah haluan.

Selain itu, harga gas yang juga naik menyebabkan harga batu bara melanjutkan penguatannya kemarin. Gas sebagai umber energi utama Eropa dan substitusi batu bara masih dikhawatirkan ketidakpastian negosiasi pemogokan serikat kerja Chevron. Di sisi lain, blok Woodside Energy telah berhasil menghindari pemogokan pada proyek LNG andalannya.

Pelaku pasar yang tidak suka dengan kepastian yang terjadi di blok Chevron akibat adanya spekulasi pembelian untuk memastikan pasokan. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) mendekati level psikologis EUR 40 per Mega-Watt hour MWh. Harga terbang 10,46% ke 38,41 euro per MWh.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Saham Batu Bara RI Loyo, Pesta Pora Sudah Berakhir?

(chd/chd)


Quoted From Many Source

Baca Juga  Bank Besar RI Buka-bukaan Soal Net Zero & Perdagangan Emisi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *